PEMBINAAN MENTAL PERDANA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

PEMBINAAN MENTAL PERDANA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

Jakarta| Rabu, 26-06-2019.

Bertempat di ruang sidang utama Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk kali pertama sejak kepemimpinan Dr. H. Sirajuddin Sailellah, S.H., M.HI. selaku Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat dan Drs. H. Syu’aib, M.H. Syuaib selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat diadakan Pembinaan Mental (Bintal) sera forum komunikasi antara pimpinan dengan para hakim serta karyawan/ karyawati Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Acara dimulai dengan siraman rohani atau kuliah tujuh menit (kultum) oleh Drs. Khairil Jamal. Dalam kultumnya beliau memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan cara berpakaian yang sesuai dengan Syariat Islam karena banyak dijumpai di masyarakat berpakaian tertutup tetapi sangat ketat sehingga menonjolkan bagian tubuh seorang wanita oleh karena itu berpakaianlah yang sesuai dengan Syariat Islam menutup aurat serta jangan berpakaian ketat. Dalam kesempatan tersebut beliau juga mengatakan bahwa sebagai hakim atau karyawan/karyawati Pengadilan Agama Jakarta Pusat apa yang diberikan oleh pimpinan harus kita terima dan kita laksanakan tidak boleh sesuai keinginan sendiri.

Acara dilanjutkan dengan pembinaan. Drs. H. Syu’aib, M.H., wakil ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam pembinaannya mengatakan bahwa akan diadakan evaluasi kinerja setiap minggu, jika kita niatkan ibadah kerja kita maka Allah akan memberikan balasanNya. Fungsi kontrol atau evaluasi kinerja setiap minggu yang dilaksanakan maka kita bisa tahu apa yang menjadi tugas dan fungsi kita masing-masing. Tujuan dari kerja kita adalah untuk memberi pelayanan prima kepada masyarakat. Kita bekerja terukur dan sesuai target.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa diawal kedatangannya, Ketua dan wakil ketua telah keliling untuk melihat kondisi riil kantor, memang masih banyak yang perlu diperbaiki seperti tempat parkir, tempat fotokopi, serta tempat-tempat lainnya yang tidak terkontrol oleh CCTV bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) belum sesuai yang yang diharapkan/diinginkan. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diinginkan suasananya seperti hotel tetapi pelayanannya seperti di bank karena kantor kita adalah lembaga pelayanan maka bagaimana caranya agar orang yang datang merasa nyaman. Untuk itu akan diadakan Pendidikan dan Pelatihan di Tempat Kerja (DDTK) kepada petugas PTSP. Sarana dan prasana kantor yang lain seperti ruang mediasi perlu diadakan perbaikan seperti perlunya kursi yang layak serta adanya tulisan atau motto perdamaian di ruang mediasi.

Kinerja kita diukur oleh pihak luar. Paling nyata adalah release Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) setiap minggu oleh Badan Peradilan Agama (Badilag) hasilnya masih belum memuaskan. Kinerja bagian keperkaraan dilihat di SIPP dan aplikasi pendukung SIPP yaitu Pengawasan Data Isian SIPP (PEDIS). Dalam PEDIS terlihat siapa saja yang masih punya tunggakan pekerjaan atau yang pekerjaannya selesai tepat waktu. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi kepada rekan kerja atau kepada pimpinan untuk meningkatkan kinerja kita di bidang keperkaraan yang terdapat di aplikasi SIPP dan PEDIS serta aplikasi pendukung lainnya.

Dr. H. Sirajuddin Sailellah, S.H., M.HI., Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam pembinaannya mengatakan tujuan pertemuan ini lebih mengedepankan timbal balik antara pimpinan, hakim dan karyawan/karyawati. Masalah apapun bisa disampaikan di forum ini disebut Forum Curhat , beliau tidak akan tersinggung, permsalahan di kantor tidak disampaikan lewat apel karena apel itu monolog tetapi forum ini dialogis. Pertemuan ini digagas agar tidak ada miskomunikasi antara pimpinan dengan hakim dan pegawai. Membuat kebijakan harus dievaluasi dengan dialog. Untuk kepentingan lembaga akan diterima usulannya tapi tidak untuk usulan kepentingan pribadi. Kultum disampaikan secara bergiliran diantara para hakim sedangkan MC diantara Pegawai seperti Panitera, Panmud, Panitera Pengganti. Kalau kita merasa memiliki kantor ini maka jangan cerita kepada pihak lain hal-hal yang tidak baik seperti filosopi berpakaian tidak boleh memperlihatkan aurat keluar. Jangan sampai segan untuk menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan kalau berdiam diri maka pimpinan tidak tahu keinginan masing-masing.

Kegiatan ini diadakan setiap Rabu oleh karena itu tidak perlu dipanggil karena setiap Rabu ada Bintal (Bimbingan Mental). Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa tidak ada yang lebih hebat dari kami hanya selembar kertas, Surat Kepeutusan (SK), tapi pimpinan tidak berdaya tanpa dukungan semua pihak. Pelayanan kita adalah pelayanan keadilan, diantara kita ini merupakan mata rantai satu sistem dituntut kebersamaan dan keterbukaan. Bekerja dengan tenang tidak ada tekanan kalau ada tekanan batin bisa minta cuti. Lakukan secara ikhlas bukan keterpaksaan.

Lebih lanjut beliau menandaskan perlunya ada kebersamaan dan kesehatan kita semua oleh karena itu akan diadakan makan bersama dimana penyelenggaranya diadakan per kelompok setiap kelompok bertugas menyajikan makanan secara bergiliran dengan dana swadana dari kita dan untuk kita.

Acara ditutup dengan dialog ternyata ada usulan dari peserta pembinaan mental sera forum komunikasi antara pimpinan dengan para hakim serta karyawan/ karyawati Pengadilan Agama Jakarta Pusat ini sebaiknya diseleggarakan setiap hari Jumat sore karena tidak ada sidang agar pihak berperkara tidak terganggu dan pelayanan tetap berjalan dan Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat setuju usulan tersebut oleh karena itu kegiatan ini diselenggarakan setiap Jumat Sore mulai minggu depan. (Dr. Tamah, SH., MH.)